All posts by Imaji

Albert Libertad

Joseph Albert “Libertad” adalah seorang militan anarkis individualis dan editor terbitan anarkis yang berpengaruh pada masanya, L’Anarchie.

Ia lahir di Bordeaux, ditelantarkan oleh kedua orang tuanya sejak masih bayi, dan dirawat oleh lembaga bantuan publik. Kakinya lumpuh karena penyakit masa kecil, namun ia memanfaatkan keadaannya. Tongkat penopang kakinya digunakan untuk mempertahankan diri ketika melawan polisi.

Pada umur 21 tahun, ia pindah ke Paris dan mulai terlibat dalam berbagai lingkar-lingkar anarkis. Ia mengusung “propaganda by the deed” (propaganda dengan perbuatan) dan menjadi kandidat faksi Abstentionist” (atau kaum boikotis: orang-orang yang menentang pengambilan bagian dalam parlemen) pada tahun 1902 dan 1904. Kesempatan ini dipakainya untuk menyebarkan gagasan-gagasan anarkis.

Pada tahun 1902, ia menginisiasi Liga Anti Militer, dan bersama rekannya, Paraf-Javal, ia membuat Causeries Populaires, yakni diskusi-diskusi publik yang disambut hangat di seluruh negeri dan berkontribusi pada pembukaan toko buku dan klub-klub serupa di area yang berbeda-beda di Paris.

Libertad terkenal karena seruan aksinya yang mengundang warga untuk membakar KTP mereka dan menjadi manusia lagi. Seruannya menolak manusia untuk direduksi menjadi angka-angka demi memenuhi daftar budak milik negara.

Libertad juga biasa mengorganisir pesta; makan-makan, menari, dan tamasya ke luar kota. Ini akibat dari pandangannya yang menganggap bahwa anarkisme berarti “sukacita hidup”, bukannya pengorbanan militan, ataupun insting untuk menjemput kematian. 

Menurutnya, individu membutuhkan otonomi dan karenanya ada kebutuhan untuk menghancurkan masyarakat otoriter. Libertad tidak percaya pada pemisahan palsu antara “pemberontakan individu” dan “revolusi sosial”. Ia menegaskan bahwa pemberontakan individu sederhananya adalah sebuah momen dari revolusi sosial, dan karenanya keduanya tidak bertentangan. Pemberontakan hanya dapat lahir dari tegangan-tegangan yang dihasilkan individu, yang demi memperluas keleluasaan dirinya maka akan menghasilkan sebuah proyek pembebasan sosial.

Bagi Libertad, anarkisme berarti tidak hidup terpisah dari konteks sosial, atau tinggal di menara gading. Bukan pula kehidupan komunal yang terisolasi, atau kepasrahan pada peran-peran sosial yang dibebankan pada kita. Anarkisme baginya berarti mempraktikkan gagasan-gagasan kita walaupun berakhir pahit. Hidup sebagai seorang anarkis di sini dan saat ini, tidak kurang dari itu. Dan satu-satunya cara yang mungkin untuk dilakukan ialah memberontak. Inilah mengapa pemberontakan individu dan revolusi sosial tidak lagi saling meniadakan satu sama lain, namun saling melengkapi.

Polisi, Perpecahan Dan Ketimpangan Supremasi

Polisi, penegak hukum, apapun namanya, yang dipercaya oleh pemerintah dan sistem untuk menegakkan apa yang mereka sebut hukum demi ketertiban, keamanan, dan entah alasan apa lagi yang mereka bawa.

Polisi, sejatinya adalah sebuah simbol perpecahan dalam masyarakat. Mengapa? Adalah karena polisi memiliki berbagai kuasa yang justru akan dianggap pelanggaran hukum jika kuasa itu dimiliki oleh masyarakat sipil biasa.

Jika mereka melarang kendaraan melaju melebihi batas kecepatan tertentu, apa kendaraan mereka pun memiliki batas kecepatan maksimal itu? Tidak, mereka bisa melanggar batas atas nama “tugas”.

Jika mereka melarang adanya penembakan oleh masyarakat sipil, apakah mereka tidak bisa menembak? Tidak, mereka bisa menembak atas nama “tugas”.

Kuasa melebihi masyarakat sipil biasa ini lah yang menjadikan polisi sebagai simbol perpecahan. Bagaimana mereka mengawasi sesamanya, bagaimana mereka memukul sesamanya, bagaimana mereka menembak sesamanya. Mereka berasal dari masyarakat sipil, tapi mereka menekan dan menetapkan batasan kepada masyarakat sipil.

Profesi polisi yang tidak mengalami rotasi bersama dengan masyarakat sipil lain juga makin memperparah keadaan ini. Apa kalian pernah melihat hari ini yang menjadi polisi adalah tetangga kalian, lalu besok yang menjadi polisi adalah kalian, besoknya lagi tetangga kalian yang lain? Tidak, polisi tidak mengenal rotasi di dalamnya. Hal ini menyebabkan polisi merasa memiliki supremasi di atas masyarakat sipil pada umumnya, merasa superior, merasa unggul, membuat kasta di antara masyarakat sipil, sehingga tercipta kelas baru atas nama “hukum”.

Ironisnya, para polisi seperti mengaminkan perpecahan ini dengan penuh kebanggaan bahwa derajat mereka ada di atas masyarakat sipil pada umumnya, merasa seakan-akan mereka adalah ras unggul di antara masyarakat tempat mereka berasal, yang membesarkan mereka. Lebih menyedihkan lagi mereka yang bukan polisi namun ikut mengaminkan kondisi ini dengan dalih bahwa tidak semua orang bisa menjadi polisi, tidak semua orang memiliki kelebihan seperti polisi, padahal mereka sadar bahwa polisi yang mereka kenal adalah orang yang dibesarkan bersama, di lingkungan yang sama seperti mereka. Bahkan tak jarang banyak orang yang melakukan cara kotor dan curang untuk bisa bergabung dengan kepolisian, dan ini bukanlah berita baru. Lantas kalian merasa lebih rendah dari polisi darimananya?

Terciptanya polisi adalah salah satu bentuk terciptanya kesenjangan dan ketimpangan sosial atas nama supremasi, menimbulkan perpecahan di dalam masyarakat sendiri dengan adanya siapa yang berada pada kasta pengawas, kasta yang diawasi, dan kasta yang dihakimi.


“Caution : Police Line You Better Not Cross”
Is it the cop, or am I the one that’s really dangerous?

Green day – warning

Riwayat Catatan :
14-06-2019. Penambahan teks dan quote Green Day.
29-05-2019. Pengubahan tampilan.
10-04-2019. Penyalinan ke platform Noblogs.
06-04-2019. Penulisan pertama di platform Facebook.

Demokrasi Langsung Dalam Anarki

Esai singkat ini dibuat untuk menjawab salah satu pertanyaan yang paling sering muncul, yaitu “apakah demokrasi langsung bisa berjalan?”. Pertanyaan ini sebisa mungkin tidak akan dijawab dengan naif. Maka dari itu, kita akan bahas beberapa hal tentang demokrasi langsung khususnya di dalam lingkup anarki.

Mengenal Demokrasi Langsung.
Demokrasi langsung adalah sebuah bentuk pengambilan keputusan yang melibatkan semua individu yang berada di dalam sebuah kelompok. Mengapa dikatakan langsung adalah karena tidak adanya perwakilan untuk mengambil keputusan sehingga suara setiap individu terdengar dan semua bisa menggunakan haknya untuk bersuara tanpa terkecuali.

Demokrasi langsung ini bukanlah hal yang baru bagi manusia, penerapan paling kecil dari demokrasi langsung ini ada pada bentuk musyawarah, rapat keluarga, atau sekadar diskusi gamer yang sedang mabar, dimana mereka semua duduk bersama dan berbicara sesuai kehendak mereka.

Dalam kelompok anarkis yang mengedepankan kemerdekaan dan kebebasan individu, bentuk demokrasi langsung ini digunakan dalam setiap pengambilan keputusan, karena menjamin hak bersuara setiap individu tanpa adanya kepentingan atau tekanan dari individu lain yang bersembunyi di balik kedok “perwakilan suara”.

Demokrasi Langsung Dalam Kelompok Besar.
Hal yang mungkin diragukan dari demokrasi langsung mungkin adalah saat kelompok menjadi semakin besar, apakah masih bisa menjamin hak suara setiap individu. Memang dalam demokrasi langsung, bertambahnya jumlah individu di dalam sebuah kelompok berarti pengambilan keputusan akan menjadi semakin alot, karena bagaimanapun, demokrasi langsung akan membicarakan bagaimana setiap individu akan menjalani setiap harinya dalam kelompoknya, sehingga makin besar kelompoknya maka makin besar juga masalah yang harus diselesaikan.

Satu hal yang perlu diperhatikan terkait dengan hal ini adalah, demokrasi langsung tidak mengenal batas waktu. Berbeda dengan demokrasi yang diterapkan di pemerintahan manapun dengan sistem perwakilan yang hanya melakukan diskusi di jam kerja dan terbatas waktu sekian jam. Dalam demokrasi langsung di dalam kelompok anarki, setiap individu yang terlibat akan melakukan diskusi dan pengambilan keputusan hingga tuntas, tidak peduli akan memakan waktu seharian sekalipun. Hal ini dilakukan untuk menjamin hak suara setiap individu, karena mereka semua akan berbicara.

Bagaimana jika semakin besar hingga ratusan atau ribuan orang? Disini ada sebuah pola alternatif yang juga digunakan oleh wilayah anarkis yang sudah berdiri. Kelompok besar tersebut akan memecah menjadi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kesepakatan, dan mereka akan melakukan pengambilan keputusan dengan sistem demokrasi langsung di dalam kelompok-kelompok kecil tersebut. Kemudian hasil dari pengambilan keputusan tersebut akan disampaikan di satu kelompok khusus perwakilan tiap kelompok kecil, sehingga hasil demokrasi langsung tiap kelompok bisa disatukan.

Perwakilan yang dimaksud di dalam demokrasi langsung adalah perwakilan yang memiliki fungsi hanya sebagai penyampai pesan, bukan sebagai “wakil rakyat” yang akan mengambil keputusan seenaknya atas nama kelompoknya. Karena hanya berfungsi sebagai penyampai pesan, maka perwakilan kelompok ini tidak memiliki supremasi apapun atas individu di dalam kelompoknya, dia bukanlah pemimpin, dia bukanlah orang yang diunggulkan, dia bukanlah manusia super, dia hanya penyampai pesan yang “kebetulan” ditunjuk. Hal ini untuk menghindari adanya kepentingan dan kesewenangan yang terselip dalam demokrasi langsung hanya karena satu orang merasa “diunggulkan”. Karena itu pula, perwakilan ini akan dirotasi, siapapun akan berkesempatan menjadi perwakilan dalam kelompoknya.

Setelah setiap perwakilan saling menyampaikan hasil pengambilan keputusannya, maka mereka akan kembali ke kelompoknya masing-masing dan kembali mendiskusikan hasil dari pertemuan para perwakilan tadi, pola ini terus berulang hingga mendapatkan kesepakatan dari seluruh individu di dalam kelompok. Tentu ini berbeda dengan demokrasi yang dilakukan pemerintah negara dimana yang bersuara dan berdiskusi hanyalah “wakil rakyat” yang bahkan nggak pernah tahu rakyat yang mereka wakili itu bicara apa saja, sehingga hak berbicara tidak bisa dijamin.

Penutup.
Demokrasi langsung bukanlah sebuah bentuk absolut yang sudah menjamin kesempurnaan jalannya diskusi. Karena kita adalah manusia yang juga masih terus belajar untuk menjunjung tinggi kemerdekaan dan kebebasan individu, maka jalannya demokrasi langsung serta efisiensinya juga akan tetap berproses seiring dengan pendewasaan tiap individu yang terlibat di dalamnya. Maka daripada kita terus mempertanyakannya, mengapa tidak langsung melakukannya agar kita tahu realita penerapannya, karena aksi langsung lebih baik daripada terus bersembunyi di balik diskusi dan asumsi.

Anarkisme, Konsep Berpikir, dan Aksi

Anarkisme adalah sebuah ideologi. Namun selayaknya ideologi, tanpa memaknai intisari dari ideologi tersebut dan fungsinya dalam praktek dan bersikap, mereka yang tidak memahami esensi ideologi hanya akan menjadi seorang penyembah tekstual, menghabiskan separuh hidup mereka untuk berdalih dan mencari pembenaran atas pemahaman sempit mereka.

Tapi bagiku, anarkisme adalah sebuah konsep berpikir, sebuah pedoman dalam aksi, dan sebuah kerangka dalam bersikap. Anarkisme adalah sebuah bentuk pembangkangan, sebuah pemberontakan total terhadap sesuatu yang dianggap mapan dan nyaman sehingga bisa menimbulkan pertanyaan, “sudah amankah kita selama ini dengan apa yang kita pahami ?”. Anarkisme bukanlah sebuah ideologi main-main yang bisa ditertawakan karena pendirinya sudah mati dan penganutnya ditangkapi, namun anarkisme adalah bagaimana kita bisa tetap berdiri melawan, menantang ketidakmungkinan, menuntut apa yang seharusnya kita rasakan.

Dalam anarkisme, tidak ada penggolongan yang harus menjadikan kita fanatik. Dalam anarkisme, tidak ada keseragaman pemikiran yang harus dipaksakan. Anarkisme adalah sebuah wujud keliaran, menyatu dengan insting dan intuisi kita dalam bertahan dan menyerang. Selama kita tahu bahwa kemapanan saat ini telah meracuni kita, menjadikan kita boneka atau makhluk tanpa isi kepala, dan kita bergerak total untuk melawannya dengan segala cara, disitu kita adalah seorang anarkis. Melawan, menghancurkan, dan membangun ulang diatas reruntuhan.

Walau sendirian, seorang anarkis tidak segan untuk menantang. Karena bagi anarkis, pikiran setiap orang itu unik, liar, dan tidak bisa diseragamkan atau dijinakkan. Anarkis berada dalam satu visi, tapi dengan misi yang berbeda, dan aksi yang tidak pernah sama. Visi mereka adalah untuk membangun ulang, misi mereka adalah menghancurkan tatanan yang mengekang, dan aksi mereka akan selalu melawan apapun atau siapapun yang menghadang dan mencoba menanamkan kontrol absolut pada kemerdekaan mereka.

Anarkisme telah mengantarku ke ujung dunia, dimana semua kemustahilan bisa aku tuntut sesuka hati, seliar intuisi.

Mutual Aid, Sebuah Tanya Jawab Pengantar

Tulisan ini berisi pemaparan singkat dan praktis yang berangkat dari pertanyaan, “apakah kita bisa meminimalkan penggunaan uang atau sekalian hidup tanpa uang namun tetap sejahtera ?”. Mungkin ini adalah pertanyaan yang dianggap konyol oleh segelintir orang yang (biasanya) hidupnya cuma dihabiskan untuk mengejar uang, jadi jika kalian termasuk dari orang-orang tersebut, bagikan tulisan ini pada orang lain yang mungkin lebih membutuhkannya, karena tidak semua orang hidup hanya untuk mengejar uang.

Tulisan ini bersifat praktis dan bisa dipraktekkan, jadi jangan harapkan sebuah tulisan yang terlalu teoretis atau panjang karena membaca tanpa mempraktekkan itu adalah sebuah bentuk membuang-buang waktu yang sangat berharga di dalam hidup kita yang sangat singkat ini.

Mutual Aid, Apa Itu ?
Mutual aid, yang bisa diterjemahkan sebagai bantuan yang saling menguntungkan, adalah sebuah konsep yang berangkat dari prinsip mutualisme, sebuah bentuk simbiosis yang pernah kita pelajari di bangku sekolah tentang pola kehidupan yang saling menguntungkan antar individu yang terlibat. Mutual aid ini bisa kita praktekkan dalam kehidupan bermasyarakat agar bisa kita saling mensejahterakan dan membentuk sebuah kelompok yang berbasiskan mutual aid, dan ada beberapa penyimpangan makna atau kesalahpahaman yang berikutnya akan dibahas dalam tulisan ini.

Apa Prinsip Utama Mutual Aid ?
Mutual aid berlandaskan pada satu prinsip utama, “bahwa di dalam sebuah kelompok, setiap individu saling bertanggung jawab atas kesejahteraan individu lain”. Maka jika salah satu individu di dalam kelompok tersebut ada yang kesusahan, maka individu lain harus mempertanyakan kesalahan mereka sendiri yang mengakibatkan satu individu tersebut kesusahan, apa yang bisa mereka bantu dalam bentuk mutual aid agar satu individu tersebut lepas dari kesusahannya, bukan malah menuduh atau menilai dengan seenaknya satu individu yang kesusahan tersebut karena kondisi tiap individu berbeda dan tidak bisa disamakan.

Hal yang perlu ditekankan, mutual aid bukanlah interaksi vertikal seperti “si kaya membantu si miskin” atau “si juragan membantu si pekerja”, namun mutual aid adalah interaksi horisontal dimana sesama individu saling membantu, saling menyampaikan kebutuhannya, saling menawarkan apa yang mereka punya dan bisa, tanpa ada kesenjangan, semua setara.

Apakah Mutual Aid Sama Dengan Jual Beli Atau Barter ?
Tidak ! Mutual aid adalah sebuah wujud kerjasama atau gotong-royong yang tidak diperjualbelikan dan tidak melibatkan uang. Setiap individu melakukannya dengan sadar, saling bertanggungjawab, tidak meminta imbalan apapun, dan berangkat dari kesadaran prinsip utama mutual aid yang telah disebutkan di atas.

Berbeda dengan jual beli yang melibatkan harga yang paten tidak peduli kemahalan atau sebenarnya tidak kita butuhkan, mutual aid tidak membanderol setiap stok bantuan yang tersedia dan disesuaikan dengan kebutuhan kelompok.

Juga berbeda dengan barter yang menukarkan barang yang dimiliki dengan jasa atau barang lain, tidak ada saling tukar dalam mutual aid. Individu yang membutuhkan bisa berganti-ganti sesuai dengan kebutuhannya sehingga tidak terkunci pada satu penyedia dan satu penerima.

Bagaimana Membentuk Kelompok Mutual Aid ?
Setelah saling mengerti prinsip utama mutual aid yang telah disebutkan di atas, maka langkah awal untuk memulai kelompok mutual aid adalah dengan mencari tahu dua hal, yaitu apa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi dalam sebuah kelompok, dan apa saja stok bantuan yang bisa diberikan oleh tiap individu dalam sebuah kelompok tersebut.

Kebutuhan dasar ini tentu bukan kebutuhan yang berbasiskan gengsi, namun kebutuhan dasar yang bisa menghidupi dan memberikan kehidupan pada tiap individu yang terlibat. Begitupun stok bantuan ini bukan hanya dalam bentuk barang seperti bahan mentah, makanan, atau sebagainya, namun juga bisa berupa tenaga dan keterampilan.

Keluarlah dari rumah kalian, sapalah setiap orang, ajak mereka berkeliling dan berdiskusilah tentang apa yang mereka butuhkan dan bantuan apa yang mereka punya untuk diberikan sebagai wujud kontribusi dalam mutual aid. Kalian bisa mendapatkan jawaban seperti, “Aku butuh makanan tiap harinya untuk menghidupi istri dan anak-anakku tapi aku hanya seorang tukang kayu”, itu berarti kalian telah mendapatkan data bahwa ada kebutuhan akan makanan dan ada stok “tenaga dan keterampilan tukang kayu” untuk diberikan ke kelompok.

Setelah Kebutuhan Dan Stok Bantuan Terdata, Lantas Apa ?
Buat skema dimana setiap stok bantuan bisa mengisi kebutuhan individu lain di dalam kelompok tersebut. Ingat, mutual aid bukanlah barter ataupun jual beli, stok bantuan tidak harus diberikan hanya kepada satu individu, namun diberikan secara merata pada individu yang memang membutuhkan. Apabila skema sudah dibuat, maka pastikan semua kebutuhan terpenuhi, dan ingat untuk tidak terpatok hanya pada skema, mutual aid adalah respon interaktif antara kebutuhan dan stok bantuan, sehingga siapapun yang membutuhkan dan sesiap apapun stok bantuan, mutual aid akan tetap berjalan mengisi kebutuhan dengan stok bantuan yang ada.

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa mutual aid adalah bentuk gotong royong pemenuhan kebutuhan tanpa melibatkan uang dan tidak diperjualbelikan, semua stok bantuan akan diberikan dan dilakukan untuk yang membutuhkannya tanpa ada penarikan imbalan apapun. Sehingga penerima bantuan akan terpenuhi kebutuhannya, dan pemberi bantuan bisa melakukannya dengan kesadaran penuh untuk saling membantu.

Bagaimana Berkontribusi Pada Mutual Aid Tanpa Terpaksa ?
Pertanyaan ini tentu akan selalu hadir di dalam setiap praktek mutual aid di kelompok apapun, adalah hal manusiawi untuk masih memikirkan untung rugi saat melakukan hal di luar kebiasaan massal sekalipun itu adalah gotong-royong.

Barang yang bisa digunakan sebagai stok bantuan dalam mutual aid, umumnya adalah barang surplus (hasil lebih) dan barang bekas yang masih layak digunakan. Barang surplus sebagai stok bantuan, umumnya diberikan oleh mereka yang memiliki hasil tangan sendiri seperti petani, pengrajin, atau sekadar individu yang memiliki hobi seperti berkebun. Mereka memiliki hasil lebih dari apapun yang diproduksi atau dibudidayakan oleh tangan mereka sendiri, saat mereka mengumpulkan hasil dan menghitungnya untuk kebutuhan mereka sendiri, kelebihan dari hasil yang masih tersisa itulah yang bisa digunakan sebagai stok bantuan dalam mutual aid, sehingga tidak ada kerugian (jika masih memikirkan untung rugi) dalam memberikan barangnya. Sementara mereka yang tidak memiliki hasil tangan sendiri, bisa berkontribusi dengan memberikan barang bekas mereka yang masih layak untuk digunakan seperti pakaian, peralatan, atau bahkan bahan baku bangunan.

Sementara itu untuk jasa, bisa menggunakan sisa tenaga, waktu, dan pikiran yang masih bisa diberikan, sehingga tidak ada tuntutan untuk bekerja lebih keras daripada biasanya (jika pemberi jasa memiliki banyak pekerjaan), karena mutual aid bukanlah industri, tidak ada target kerja harian disini. Bantulah sekuat tenaga kalian, sekeras pikiran kalian, seluang waktu kalian, setinggi moral kalian. Jangan ada keterpaksaan apapun, ingat bahwa mutual aid itu saling menguntungkan. Jadi pastikan kalian memberikan jasa yang menguntungkan diri kalian dan individu yang membutuhkannya.

Apa Bentuk Akhir Dari Mutual Aid Yang Berjalan ?
Mutual aid, dalam prakteknya, jika berjalan dalam waktu lama dan terus berkembang, akan mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang bisa meminimalisir penggunaan uang karena kebutuhan tiap individu yang belum bisa dipenuhi oleh hasil usaha sendiri bisa dipenuhi oleh individu lain di sebuah kelompok tanpa adanya paksaan dalam memberi, dan tanpa ada bandrol harga atau kepentingan di tiap bantuan yang diberikan. Menjadikan setiap individu saling menjaga, saling sadar dan bertanggung jawab dalam kesejahteraan individu lain dalam kelompoknya.

Penggunaan uang yang diminimalisir, akan melepaskan masyarakat dari belenggu ketakutan akan kekurangan dan memberikan pilihan kepada masyarakat untuk lebih menikmati hidupnya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa saat masyarakat tidak bisa saling menolong untuk memenuhi kebutuhan, maka masyarakat tersebut akan hidup dengan bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirian tanpa ada bantuan, sehingga mereka akan terbelenggu dalam ketakutan akan kekurangan.

Konklusi.
Mutual aid adalah sebuah konsep yang terus berkembang seiring dipraktekkan. Dalam beberapa lokasi, mutual aid yang berjalan bahkan ada yang bisa membuat penghidupan bagi banyak orang dan menghilangkan secara penuh fungsi uang dalam kelompok sehingga mereka sepenuhnya berdikari dan hidup saling menjaga.

Kita lahir di tanah yang terkenal akan keramahan penduduknya, terkenal akan kebaikan tiap individu yang dijunjung tinggi oleh siapapun yang berpijak di atasnya. Adalah sebuah kesalahan besar jika tidak diikuti oleh praktek mutual aid di tengah masyarakatnya yang memang sudah seharusnya gemar gotong-royong dan saling menolong hingga tidak ada lagi individu yang merasa kekurangan karena semua ikut bertanggung jawab atas kesejahteraan tiap individu di sekitarnya.

Dengan mutual aid, kita kembali membiasakan gotong-royong di tengah masyarakat, bukan hanya sekadar dalam membangun fasilitas umum atau memperindah kampung, namun dalam pemenuhan kebutuhan tiap individu di dalamnya yang membutuhkan, oleh tiap individu yang dengan sadar dan rela memberikan barang dan jasanya untuk digunakan. Sebuah keindahan dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak akan bisa lepas dari kebutuhan selama mereka hidup.